Dulu
Selatan mengalami paceklik. Kemiskinan dan kekurangan melanda seluruh negeri.
Dalam kondisi genting itu, mereka terpaksa bekerja keras, melebihi yang biasa
mereka lakukan dulu.
Cara
itu berhasil, Selatan berhasil bangkit dan bahkan kini lebih makmur. Tapi
rupanya Selatan belum puas juga. Mereka masih ingin bekerja keras, dengan
harapan hasil yang lebih melimpah lagi.
Kerja
lembur pun ditemukan. Hampir semua rakyat Selatan bekerja hingga malam demi
penghasilan yang lebih tinggi. Tapi cepat atau lambat, mereka menyadari bahwa
tubuh mereka terbatas, dan tidak sanggup bekerja lebih keras lagi.
Selatan
tak menyerah, hambatan itu justru membuat mereka berpikir. Akhirnya mereka
menemukan sebuah ramuan ajaib yang dapat meningkatkan kinerja mereka. Ramuannya
berhasil, tapi lama-kelamaan para rakyat menjadi kurus, lalu jatuh sakit dan
mati.
Tak
apa, Selatan berpikir kembali. Kali ini mereka mengubah kebiasaan makan mereka,
menjadi empat kali sehari. Mereka juga mengubah banyak hal lain dari diri
mereka, dan itu berhasil.
Tak
puas mengeksploitasi tubuh mereka sendiri, mereka juga mengeksploitasi
lingkungan mereka hingga batasnya. Mereka menaburkan berbagai macam zat dan
sihir pada sawah ladang mereka agar tidak diganggu hama, agar tumbuh lebih
lebat dan cepat, dan banyak lagi.
Jika
kekurangan lahan, Selatan akan menebang dan membabat hutan untuk kemudian
dijadikan hunian, ladang dan sawah, atau pabrik-pabrik. Hutan-hutan yang
tersisa juga mereka taburi berbagai zat dan sihir agar bekerja secara lebih efektif
dan efisien.
Lalu
Selatan menemukan mesin, sebuah alat yang dapat melaksanakan pekerjaan manusia.
Alat ini diproduksi secara masal dan dipakai dimana-mana, sehingga Selatan tak
perlu takut kekurangan tenaga kerja lagi.
Selatan
berkembang sangat pesat, tapi Utara tidak. Utara puas dengan apa yang mereka
miliki saat ini. Utara sangat menghargai alam dan roh-roh alam, mereka tidak
berani mengganggu apalagi mengekspoitasi. Hidup Utara pun biasa-biasa saja,
tidak mewah melimpah seperti Selatan.
Awalnya
keduanya hidup berdampingan dengan damai. Selatan hidup dengan cara baru
mereka, dan Utara hidup dengan cara tradisional mereka tanpa saling mengganggu.
Selatan
terus dan terus berkembang hingga akhirnya mereka kehabisan sumber daya alam.
Selatan mencoba membuat perjanjian dengan Utara, tapi tidak berhasil. Utara
tidak senang dengan eksploitasi Selatan terhadap alam dan diri mereka sendiri,
apalagi terhadap alam Utara.
Tak
apa, Selatan tak menyerah. Diam-diam Selatan memanfaatkan alam Utara terdekat.
Selatan juga membeli dan menyogok satu per satu rakyat Utara. Dengan kecerdikan
mereka, Selatan menggunakan berbagai macam tipu muslihat untuk mendapatkan alam
Utara, tanpa mengusik sebagian besar rakyat Utara. Selatan bahkan membentuk tim
khusus, yang bertugas mencegah tersebar luasnya berita eksploitasi Selatan.
Tapi
makin lama eksploitasi Selatan makin luas, sehingga akhirnya terungkap juga.
Tak sanggup melawan metode baru Selatan, Utara mengumumkan perang.
Utara
pun mengumpulkan pasukannya yang jumlahnya jauh melebihi Selatan. Utara juga
didukung roh-roh alam yang menganugerahkan sihir-sihir kuno yang hebat. Dalam
pertarungan terbuka, Utara pasti menang.
Tak
apa, Selatan tak putus asa. Selatan membentuk banyak detasemen khusus. Mereka
adalah tim rahasia yang sangat terlatih yang akan menjalankan berbagai misi
untuk mempersulit pasukan Utara, tanpa ketahuan.
Pada
suatu malam, perkemahan pasukan Utara menyala merah karena ledakan bom. Pada
suatu pagi, beberapa pemimpin kaum Utara tak lagi bangun untuk selamanya. Di
sebuah padang sahara, pasukan Utara tak menemukan binatang buruan satu pun.
Banyak pasukan Utara yang mati atau kabur, tapi sebagian besar dari mereka
masih bertahan, hingga mereka tiba dan mengepung kota besar Selatan.
Utara
pun mulai mengitari kota itu, dan mengebomnya dengan trebuchet dan sebangsanya.
Utara juga mengirimkan ribuan pemanah untuk melunakkan pasukan Selatan di atas
tembok mereka yang tinggi dan tebal.
Pasukan
Selatan membalas dengan melemparkan bom bersayap, yang dapat melayang jauh dan
mengenai pasukan inti Utara di jauh di belakang. Pasukan penembak Selatan
menggunakan meriam kecil seukuran tongkat jalan yang mampu menembak sangat
cepat dan akurat. Banyak pasukan Utara yang mati di tangan penembak ini.
Tapi
akhirnya, tembok besar Selatan takluk juga. Pasukan Utara menyerbu bagian
tembok yang berhasil ditembus, dan pertarungan yang sesungguhnya pun dimulai.
Di
tengah perhelatan itu, seorang jenderal Utara terbang di atas mereka semua
menuju sebuah bangunan kastil di atas sebuah bukit di tengah kota. Setiap
prajurit yang ia temui di sana ia kalahkan dengan mudah. Ia terus masuk lebih
dalam ke kastil itu, sambil membasmi setiap musuh yang terlihat, hingga ia
menemukan yang ia cari, sang jenderal Selatan.
“Ah,
kau sudah datang. Silakan, silakan!” Sang Jenderal Selatan tampak seperti
seorang remaja tampan dengan tubuh kekar berotot. Ia aslinya berumur lima puluh
tahunan, ramuan dan obat-obatannyalah yang membuatnya berisi dan awet muda.
Sang
Jenderal Utara diam di tempat. “Apakah kamu ora weruh, aku adalah musuhmu!” Ia
juga terlihat seperti seorang remaja tampan tapi dengan tubuh lebih kurus dan
ideal. Ia aslinya berumur enam puluh tahunan, semua sihirnyalah yang
memperlambat penuaannya.
“Ah,
kau terlalu bersemangat, bung. Kalau kau ingin memecahkan sebuah masalah,
lakukanlah dengan kepala dingin. Tenanglah sedikit, dan kita bicara.” Sang
Jenderal Selatan memperlihatkan senyumnya.
“Kowe
ini ngomong apa, aku datang untuk membunuhmu!” Sang Jenderal Utara mulai tak
tahan.
“Membunuh?
Oh, aku tidak akan mengatakannya keras-keras jika aku jadi kau, itu satu
pelanggaran HAM yang sangat berat, bung. Kita selesaikan masalah ini dengan
damai, kau mencari perdamaian, kan?” Selatan duduk di depan sebuah meja.
“Kecuali jika kau hanya seorang kejam yang suka menumpahkan darah.”
“Satu-satunya
jalan menuju perdamaian adalah dengan membunuhmu!” Sang Jenderal Utara geram.
“Ah,
tipe keras kepala. Bung, kau benar-benar harus membuka pikiranmu. Lihatlah
dunia ini, begitu luas, selalu ada cara lain.”
“Cukup,
aku wis ra tahan!!” Utara menembakkan bola-bola api ke arah Selatan.
Tembakannya melaju pelan, tapi jika terkena akan meledak.
Selatan
pun menghindar dengan gesit, ia melompat ke sana kemari menghindari seluruh
tembakan Utara. Begitu selesai, Selatan mengambil sebuah tabung kecil berisi
ramuan. Pada salah satu ujung tabung itu terdapat jarum, sedangkan ujung
lainnya sebuah tombol panjang. Selatan menancapkan alat itu pada pahanya, lalu
menekan tombolnya hingga semua cairannya masuk ke tubuhnya. Dalam sekejap, ia
bisa merasakan kekuatan baru yang merasuki dirinya.
Utara
kembali melontarkan tembakan bertubi-tubi.
Selatan
menghindar dengan melompat ke sana kemari. Setelah menghindari semua tembakan
Utara, ia melompat ke sebuah benda yang ditutupi kain. “Giliranku!”
Dibukalah kain
itu, tampak sebuah alat besar dengan banyak meriam mini yang dirangkai
melingkar. Selatan mengarahkan senjatanya itu, lalu menjalankannya. Rangkaian
meriam mini itu berputar, dan mulai menembak dengan sangat cepat.
Utara tak sempat
menghindar, ia terkena tembakan itu puluhan, oh ratusan kali. Tapi tembakan itu
tak sekuat bola api Utara, dan ia pun masih bertahan. Dengan kekuatan sihirnya,
Utara melesat menghindar. Utara terus melesat ke depan mendekati Selatan sambil
menghindari tembakannya. Ketika sudah dekat, Utara melompat dan mengeluarkan
pedangnya, yang memiliki belati yang lebar dan berat.
Selatan juga
mengeluarkan pedangnya. Pedang Selatan memiliki belati yang panjang namun lebih
tipis dan ringan. Di paling pangkal pedangnya terdapat pemberat penyeimbang
agar pedang itu bisa diayunkan dengan lebih mudah.
Keduanya
bertarung dengan sengit. Utara menggunakan kekuatan penuh dan masih bisa
mengalahkan Selatan dengan segala kecanggihannya. Tidak terlalu lama, Utara
berhasil menghempaskan Selatan.
Selatan tak
tinggal diam. Ia mengeluarkan tabung berisi cairan lain. Seperti sebelumnya, ia
masukkan cairan itu ke tubuhnya. Selatan merasa tersegarkan kembali, dan siap
bertarung lagi.
Utara bisa
merasakan perbedaannya, serangan Selatan kini cepat sekali. Utara berusaha
menggunakan sihirnya. “Lalivoz Lohra Za…” Belum sempat ia menyelesaikan
mantranya, Selatan sudah menyerangnya. “Goro…” Bahkan mantra terpendek Utara
pun tak berhasil dibacakan. Serangan bertubi-tubi Selatan membuat Utara
kewalahan, Utara bahkan tak sempat membalas serangan satu pun. Selatan terus
melancarkan serangan hingga keadaan berbalik, kini Utaralah yang tergeletak tak
berdaya. Sebelumnya, Utara selalu unggul dalam segala aspek peperangan ini,
tapi sekarang tiba giliran Selatan. “Suda…”
“Gyaahh!!!”
Selatan menyerangnya hingga keluar jendela, tapi ia masih belum selesai.
Utara jatuh
sangat keras ke bagian bukit yang berbatu, dan tak mampu bergerak. Tapi ia
masih bisa melihat Selatan mendekat ke arahnya dengan senyum kemenangan. “Yang
terakhir tadi bukan mantra, bodoh!” Utara terbatuk-batuk. “Sudah cukup, aku
mengakui kekuatanmu… kita bisa bicara sekarang.”
“Kau apa?
Mengakui kekuatanku?! Mwahaha!!” Selatan tertawa terbahak-bahak, hingga
terbatuk-batuk. “Tapi bung, kau masih belum melihat seluruh kekuatanku.”
Selatan mengeluarkan satu lagi tabung berisi cairan. “Kau tahu yang mereka
katakan, simpan yang terbaik untuk terakhir. Ini, ramuan terbaruku. Baru minggu
lalu selesai diuji klinis. Efeknya meningkatkan kekuatan sihir hingga sepuluh
kali lipat. Sayangnya durasinya agak pendek. Efek sampingnya sedikit hipertermi
dan hipertensi, tidak masalah.” Ia menancapkan tabung di pahanya, dan
memasukkan cairannya. Hanya dalam beberapa detik, aura-aura mengerikan muncul di
sekitar Selatan. Cuaca yang awalnya cerah berubah mendung dengan petir
menyambar.
Dengan kekuatan
barunya, Selatan memanggil puluhan, oh ratusan pedang-pedang ajaib yang
diperkuat kekuatan elemen alam. Semuanya terhunus ke arah Utara, siap
menghabisinya. “Kau ingat ketika aku bilang membunuh itu melanggar HAM?” Suara
Selatan berubah menjadi sangat mengerikan. “Persetan!!”
Melihat bahwa
ajalnya sudah dekat, Utara hanya bisa pasrah. “Oh, hanya roh agung yang bisa
menyelamatkanku dari ini…”
Selatan sudah
hampir siap meluncurkan serangan terakhirnya. Tapi tiba-tiba, ia merasakan
sakit yang amat sangat di seluruh dadanya. Sihirnya hilang seketika karena
konsentrasinya buyar. Sedetik kemudian ia merasa sangat lelah, keringat
bercucuran dan nafasnya sesak. Rasa sakitnya sangat hebat, dan menyebar hingga
lengan dan rahangnya. Selatan mengerang. Sesaat kemudian, Selatan jatuh dan tak
bergerak lagi.
Ramuan baru
Selatan hanya diuji secara terpisah, dan memang aman. Tapi ramuan barunya itu
berinteraksi dengan kedua ramuan sebelumnya dan menghasilkan efek samping yang
tak terduga. Selatan terkena serangan jantung, dan mati.
Utara terdiam,
terbengong. Ia tak paham apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Bukankah tadi kau
ingin membunuhku, jadi tidak?” Dengan segenap kekuatan tersisa, Utara berjalan
ke arah Selatan. “Apakah kamu mati, huh?”
Utara memeriksa
nadi Selatan, tak terasa apa pun. “Dia, sudah mati? Dia sudah mati! Yeah,
yiiha!! Woohoo!!” Utara senang bukan main. “Dia sudah matii, lala lalalaa laa!
Dia sudah matii, laa lalala laa!” Utara menari kegirangan.
Tiba-tiba
berhembus angin, dan kewarasan Utara pulih. “Oh, ehm, tenang… tenang. Tetap
tenang… tetap keren. Terima kasih, wahai roh agung!” Ia lalu menghadap ke arah
pasukannya di kota, yang tampaknya juga sukses merebut kota. Ia mengepalkan dan
memajukan tangannya, dan berteriak “kemenangan!”
Tak apa, Selatan
masih belum selesai…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar