Selasa, 03 Desember 2013

Deus Ex - Medicina

                Dulu Selatan mengalami paceklik. Kemiskinan dan kekurangan melanda seluruh negeri. Dalam kondisi genting itu, mereka terpaksa bekerja keras, melebihi yang biasa mereka lakukan dulu.
                Cara itu berhasil, Selatan berhasil bangkit dan bahkan kini lebih makmur. Tapi rupanya Selatan belum puas juga. Mereka masih ingin bekerja keras, dengan harapan hasil yang lebih melimpah lagi.
                Kerja lembur pun ditemukan. Hampir semua rakyat Selatan bekerja hingga malam demi penghasilan yang lebih tinggi. Tapi cepat atau lambat, mereka menyadari bahwa tubuh mereka terbatas, dan tidak sanggup bekerja lebih keras lagi.
                Selatan tak menyerah, hambatan itu justru membuat mereka berpikir. Akhirnya mereka menemukan sebuah ramuan ajaib yang dapat meningkatkan kinerja mereka. Ramuannya berhasil, tapi lama-kelamaan para rakyat menjadi kurus, lalu jatuh sakit dan mati.
                Tak apa, Selatan berpikir kembali. Kali ini mereka mengubah kebiasaan makan mereka, menjadi empat kali sehari. Mereka juga mengubah banyak hal lain dari diri mereka, dan itu berhasil.
                Tak puas mengeksploitasi tubuh mereka sendiri, mereka juga mengeksploitasi lingkungan mereka hingga batasnya. Mereka menaburkan berbagai macam zat dan sihir pada sawah ladang mereka agar tidak diganggu hama, agar tumbuh lebih lebat dan cepat, dan banyak lagi.

                Jika kekurangan lahan, Selatan akan menebang dan membabat hutan untuk kemudian dijadikan hunian, ladang dan sawah, atau pabrik-pabrik. Hutan-hutan yang tersisa juga mereka taburi berbagai zat dan sihir agar bekerja secara lebih efektif dan efisien.
                Lalu Selatan menemukan mesin, sebuah alat yang dapat melaksanakan pekerjaan manusia. Alat ini diproduksi secara masal dan dipakai dimana-mana, sehingga Selatan tak perlu takut kekurangan tenaga kerja lagi.
                Selatan berkembang sangat pesat, tapi Utara tidak. Utara puas dengan apa yang mereka miliki saat ini. Utara sangat menghargai alam dan roh-roh alam, mereka tidak berani mengganggu apalagi mengekspoitasi. Hidup Utara pun biasa-biasa saja, tidak mewah melimpah seperti Selatan.
                Awalnya keduanya hidup berdampingan dengan damai. Selatan hidup dengan cara baru mereka, dan Utara hidup dengan cara tradisional mereka tanpa saling mengganggu.
                Selatan terus dan terus berkembang hingga akhirnya mereka kehabisan sumber daya alam. Selatan mencoba membuat perjanjian dengan Utara, tapi tidak berhasil. Utara tidak senang dengan eksploitasi Selatan terhadap alam dan diri mereka sendiri, apalagi terhadap alam Utara.
                Tak apa, Selatan tak menyerah. Diam-diam Selatan memanfaatkan alam Utara terdekat. Selatan juga membeli dan menyogok satu per satu rakyat Utara. Dengan kecerdikan mereka, Selatan menggunakan berbagai macam tipu muslihat untuk mendapatkan alam Utara, tanpa mengusik sebagian besar rakyat Utara. Selatan bahkan membentuk tim khusus, yang bertugas mencegah tersebar luasnya berita eksploitasi Selatan.
                Tapi makin lama eksploitasi Selatan makin luas, sehingga akhirnya terungkap juga. Tak sanggup melawan metode baru Selatan, Utara mengumumkan perang.
                Utara pun mengumpulkan pasukannya yang jumlahnya jauh melebihi Selatan. Utara juga didukung roh-roh alam yang menganugerahkan sihir-sihir kuno yang hebat. Dalam pertarungan terbuka, Utara pasti menang.
                Tak apa, Selatan tak putus asa. Selatan membentuk banyak detasemen khusus. Mereka adalah tim rahasia yang sangat terlatih yang akan menjalankan berbagai misi untuk mempersulit pasukan Utara, tanpa ketahuan.
                Pada suatu malam, perkemahan pasukan Utara menyala merah karena ledakan bom. Pada suatu pagi, beberapa pemimpin kaum Utara tak lagi bangun untuk selamanya. Di sebuah padang sahara, pasukan Utara tak menemukan binatang buruan satu pun. Banyak pasukan Utara yang mati atau kabur, tapi sebagian besar dari mereka masih bertahan, hingga mereka tiba dan mengepung kota besar Selatan.
                Utara pun mulai mengitari kota itu, dan mengebomnya dengan trebuchet dan sebangsanya. Utara juga mengirimkan ribuan pemanah untuk melunakkan pasukan Selatan di atas tembok mereka yang tinggi dan tebal.
                Pasukan Selatan membalas dengan melemparkan bom bersayap, yang dapat melayang jauh dan mengenai pasukan inti Utara di jauh di belakang. Pasukan penembak Selatan menggunakan meriam kecil seukuran tongkat jalan yang mampu menembak sangat cepat dan akurat. Banyak pasukan Utara yang mati di tangan penembak ini.
                Tapi akhirnya, tembok besar Selatan takluk juga. Pasukan Utara menyerbu bagian tembok yang berhasil ditembus, dan pertarungan yang sesungguhnya pun dimulai.
                Di tengah perhelatan itu, seorang jenderal Utara terbang di atas mereka semua menuju sebuah bangunan kastil di atas sebuah bukit di tengah kota. Setiap prajurit yang ia temui di sana ia kalahkan dengan mudah. Ia terus masuk lebih dalam ke kastil itu, sambil membasmi setiap musuh yang terlihat, hingga ia menemukan yang ia cari, sang jenderal Selatan.
                “Ah, kau sudah datang. Silakan, silakan!” Sang Jenderal Selatan tampak seperti seorang remaja tampan dengan tubuh kekar berotot. Ia aslinya berumur lima puluh tahunan, ramuan dan obat-obatannyalah yang membuatnya berisi dan awet muda.
                Sang Jenderal Utara diam di tempat. “Apakah kamu ora weruh, aku adalah musuhmu!” Ia juga terlihat seperti seorang remaja tampan tapi dengan tubuh lebih kurus dan ideal. Ia aslinya berumur enam puluh tahunan, semua sihirnyalah yang memperlambat penuaannya.
                “Ah, kau terlalu bersemangat, bung. Kalau kau ingin memecahkan sebuah masalah, lakukanlah dengan kepala dingin. Tenanglah sedikit, dan kita bicara.” Sang Jenderal Selatan memperlihatkan senyumnya.
                “Kowe ini ngomong apa, aku datang untuk membunuhmu!” Sang Jenderal Utara mulai tak tahan.
                “Membunuh? Oh, aku tidak akan mengatakannya keras-keras jika aku jadi kau, itu satu pelanggaran HAM yang sangat berat, bung. Kita selesaikan masalah ini dengan damai, kau mencari perdamaian, kan?” Selatan duduk di depan sebuah meja. “Kecuali jika kau hanya seorang kejam yang suka menumpahkan darah.”
                “Satu-satunya jalan menuju perdamaian adalah dengan membunuhmu!” Sang Jenderal Utara geram.
                “Ah, tipe keras kepala. Bung, kau benar-benar harus membuka pikiranmu. Lihatlah dunia ini, begitu luas, selalu ada cara lain.”
                “Cukup, aku wis ra tahan!!” Utara menembakkan bola-bola api ke arah Selatan. Tembakannya melaju pelan, tapi jika terkena akan meledak.
                Selatan pun menghindar dengan gesit, ia melompat ke sana kemari menghindari seluruh tembakan Utara. Begitu selesai, Selatan mengambil sebuah tabung kecil berisi ramuan. Pada salah satu ujung tabung itu terdapat jarum, sedangkan ujung lainnya sebuah tombol panjang. Selatan menancapkan alat itu pada pahanya, lalu menekan tombolnya hingga semua cairannya masuk ke tubuhnya. Dalam sekejap, ia bisa merasakan kekuatan baru yang merasuki dirinya.
                Utara kembali melontarkan tembakan bertubi-tubi.
Selatan menghindar dengan melompat ke sana kemari. Setelah menghindari semua tembakan Utara, ia melompat ke sebuah benda yang ditutupi kain. “Giliranku!”
Dibukalah kain itu, tampak sebuah alat besar dengan banyak meriam mini yang dirangkai melingkar. Selatan mengarahkan senjatanya itu, lalu menjalankannya. Rangkaian meriam mini itu berputar, dan mulai menembak dengan sangat cepat.
Utara tak sempat menghindar, ia terkena tembakan itu puluhan, oh ratusan kali. Tapi tembakan itu tak sekuat bola api Utara, dan ia pun masih bertahan. Dengan kekuatan sihirnya, Utara melesat menghindar. Utara terus melesat ke depan mendekati Selatan sambil menghindari tembakannya. Ketika sudah dekat, Utara melompat dan mengeluarkan pedangnya, yang memiliki belati yang lebar dan berat.
Selatan juga mengeluarkan pedangnya. Pedang Selatan memiliki belati yang panjang namun lebih tipis dan ringan. Di paling pangkal pedangnya terdapat pemberat penyeimbang agar pedang itu bisa diayunkan dengan lebih mudah.
Keduanya bertarung dengan sengit. Utara menggunakan kekuatan penuh dan masih bisa mengalahkan Selatan dengan segala kecanggihannya. Tidak terlalu lama, Utara berhasil menghempaskan Selatan.
Selatan tak tinggal diam. Ia mengeluarkan tabung berisi cairan lain. Seperti sebelumnya, ia masukkan cairan itu ke tubuhnya. Selatan merasa tersegarkan kembali, dan siap bertarung lagi.
Utara bisa merasakan perbedaannya, serangan Selatan kini cepat sekali. Utara berusaha menggunakan sihirnya. “Lalivoz Lohra Za…” Belum sempat ia menyelesaikan mantranya, Selatan sudah menyerangnya. “Goro…” Bahkan mantra terpendek Utara pun tak berhasil dibacakan. Serangan bertubi-tubi Selatan membuat Utara kewalahan, Utara bahkan tak sempat membalas serangan satu pun. Selatan terus melancarkan serangan hingga keadaan berbalik, kini Utaralah yang tergeletak tak berdaya. Sebelumnya, Utara selalu unggul dalam segala aspek peperangan ini, tapi sekarang tiba giliran Selatan. “Suda…”
“Gyaahh!!!” Selatan menyerangnya hingga keluar jendela, tapi ia masih belum selesai.
Utara jatuh sangat keras ke bagian bukit yang berbatu, dan tak mampu bergerak. Tapi ia masih bisa melihat Selatan mendekat ke arahnya dengan senyum kemenangan. “Yang terakhir tadi bukan mantra, bodoh!” Utara terbatuk-batuk. “Sudah cukup, aku mengakui kekuatanmu… kita bisa bicara sekarang.”
“Kau apa? Mengakui kekuatanku?! Mwahaha!!” Selatan tertawa terbahak-bahak, hingga terbatuk-batuk. “Tapi bung, kau masih belum melihat seluruh kekuatanku.” Selatan mengeluarkan satu lagi tabung berisi cairan. “Kau tahu yang mereka katakan, simpan yang terbaik untuk terakhir. Ini, ramuan terbaruku. Baru minggu lalu selesai diuji klinis. Efeknya meningkatkan kekuatan sihir hingga sepuluh kali lipat. Sayangnya durasinya agak pendek. Efek sampingnya sedikit hipertermi dan hipertensi, tidak masalah.” Ia menancapkan tabung di pahanya, dan memasukkan cairannya. Hanya dalam beberapa detik, aura-aura mengerikan muncul di sekitar Selatan. Cuaca yang awalnya cerah berubah mendung dengan petir menyambar.
Dengan kekuatan barunya, Selatan memanggil puluhan, oh ratusan pedang-pedang ajaib yang diperkuat kekuatan elemen alam. Semuanya terhunus ke arah Utara, siap menghabisinya. “Kau ingat ketika aku bilang membunuh itu melanggar HAM?” Suara Selatan berubah menjadi sangat mengerikan. “Persetan!!”
Melihat bahwa ajalnya sudah dekat, Utara hanya bisa pasrah. “Oh, hanya roh agung yang bisa menyelamatkanku dari ini…”
Selatan sudah hampir siap meluncurkan serangan terakhirnya. Tapi tiba-tiba, ia merasakan sakit yang amat sangat di seluruh dadanya. Sihirnya hilang seketika karena konsentrasinya buyar. Sedetik kemudian ia merasa sangat lelah, keringat bercucuran dan nafasnya sesak. Rasa sakitnya sangat hebat, dan menyebar hingga lengan dan rahangnya. Selatan mengerang. Sesaat kemudian, Selatan jatuh dan tak bergerak lagi.
Ramuan baru Selatan hanya diuji secara terpisah, dan memang aman. Tapi ramuan barunya itu berinteraksi dengan kedua ramuan sebelumnya dan menghasilkan efek samping yang tak terduga. Selatan terkena serangan jantung, dan mati.
Utara terdiam, terbengong. Ia tak paham apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Bukankah tadi kau ingin membunuhku, jadi tidak?” Dengan segenap kekuatan tersisa, Utara berjalan ke arah Selatan. “Apakah kamu mati, huh?”
Utara memeriksa nadi Selatan, tak terasa apa pun. “Dia, sudah mati? Dia sudah mati! Yeah, yiiha!! Woohoo!!” Utara senang bukan main. “Dia sudah matii, lala lalalaa laa! Dia sudah matii, laa lalala laa!” Utara menari kegirangan.
Tiba-tiba berhembus angin, dan kewarasan Utara pulih. “Oh, ehm, tenang… tenang. Tetap tenang… tetap keren. Terima kasih, wahai roh agung!” Ia lalu menghadap ke arah pasukannya di kota, yang tampaknya juga sukses merebut kota. Ia mengepalkan dan memajukan tangannya, dan berteriak “kemenangan!”


Tak apa, Selatan masih belum selesai…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar