Selasa, 04 Februari 2014

Sudah Mendidikkah acara TV kita?



Kualitas dan karakteristik suatu acara TV sangat ditentukan oleh orang-orang yang berperan di dalamnya, seperti presenter dan narasumber/pengisi. Hal ini amat jelas sekali, tidak disebut acara agama jika tidak dibawakan atau diisi ustad, tidak pula disebut acara komedi jika tidak dibawakan atau diisi oleh pelawak, dan tidak pula disebut acara yang mendidik jika tidak ada akademisi atau pendidik yang terlibat di dalamnya.
         Maka untuk menilai kualitas acara TV Indonesia cukup dilakukan dengan melihat kualitas orang-orang yang terlibat di sana. Dari segi sinetron misalnya, apakah sutradaranya berkualitas? Apakah pemerannya ahli? Apakah penulis ceritanya bagus? Entahlah. Dari segi acara agama sudah cukup tercapai, beberapa ustad berkualitas sudah sering nongol di TV. Begitu pula dari segi music, musisi papan atas tampaknya juga sering tampil di TV. Dari segi acara komedi mungkin belum terlalu baik, tidak banyak pelawak yang bisa membawakan komedi yang cerdas dan tidak rendahan. Dan dari segi pendidikan, bidang yang sebenarnya ingin dibahas di sini, sepertinya hampir nol. Jangankan mencari siapa dosen atau professor yang sering muncul di layar TV, mencari acara yang sering memunculkan orang-orang ini saja susah. Maka tidak heran jika ada yang berpendapat bahwa acara  TV Indonesia tidak mendidik, lha para pendidiknya tidak ada yang masuk TV.

Minggu, 02 Februari 2014

Di Balik Nikmatnya Mie Instan

Introduction

                Siapa sih yang tidak kenal mie instan? Di Indonesia sendiri mie instan telah selama lebih dari 40 tahun dan kini produksi serta konsumsinya kian tinggi, menduduki peringkat kedua setelah China dengan sekitar 14 milyar bungkus per tahun[1]. Makanan yang ditemukan di Jepang ini juga banyak dikonsumsi di banyak negara termasuk negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Tapi di balik popularitasnya, tidak sedikit rumor “miring” yang beredar tentang mie instan. Mie instan dianggap berbahaya bagi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kanker [2].
                Dengan tingkat konsumsi yang sangat besar, menjadi hal penting untuk memastikan kebenaran rumor-rumor tersebut. Jika benar mie instan memang berbahaya, entah berapa banyak jiwa yang akan menjadi korban.
                Telah ada beberapa situs-situs yang membahas tentang rumor-rumor tersebut. Namun tulisan tersebut juga tidak menyertakan sumber yang dapat dilacak, sehingga alih-alih menjelaskan, justru bikin tambah bingung. Selain itu, tidak sedikit situs yang hanya membahas satu rumor spesifik sehingga tidak menyeluruh. Di sini, penulis akan mereview rumor-rumor yang beredar di dunia maya itu dan memverifikasi kebenarannya dengan membandingkannya dengan informasi dari situs resmi badan terpercaya. Diharapkan tulisan ini menjadi salah satu tulisan dengan analisa paling mendalam tentang rumor seputar mie instan.